UN
2008/12/30 di 06.37 | 0 komentar
akan adakah perubahan wajah pendidikan dari UN???
apakah sistem evaluasi nasional bisa dilakukan hanya dengan UN???
klo hanya UN berarti hanya satu aspek saja yang dinilai??? kognitifnya sajakah???
padahal seharusnya evaluasi mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, psikomotor dan afektif.. . . . .. . .

sudah siapkah teman2 q di SMA???
untuk menyambut UN yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 April 2009 yang akan datang???
bersiaplah saudara q
Label:
Umar berkata:
1.Aku memperhatikan semua teman, namun tidak ada teman yang lebih utama daripada memelihara lisan
2.Aku telah memperhatikan semua pakaian, namun tidak ada pakaian yang lebih utama daripada Wara'
Wara' adalah meninggalkan semua hal yang syubhat, dan meninggalkan semua yang tidak bermanfaat itu namanya meninggalkan hal yang semestinya

3.Aku telah melihat semua harta, tetapi aku tidak melihat yang lebih utama daripada qana'ah
Qana'ah adalah tidak mencari-cari sesuatu yang tidak ada pada didrinya dan merasa cukup dengan apa yang ada padanya.

4.Aku telah melihat semua kebaikan, namun aku tidak melihat yang lebih utama daripada ikhlas dalam beramal
5.Aku telah melihat semua makanan, namun aku tidak melihat yang lebih nikmat daripada sabar


Sabda Rosulullah
“Jadilah orang yang wara’, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik dalam beribadah.. Jadilah orang yang qona’ah , niscaya engkau akan menjadi orang yang paling pandai bersyukur kepada Allah. Cintailah manusia lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau akan menjadi orang mukmin yang sempurna. Berbuat baiklah dalam hidup bertetangga, niscaya engkau akan menjadi seorang muslim yang baik.Kurangilah tertawa, sebab banyak tertawa dapat membuat hati menjadi mati”
Label:
Ketika kecil, saya senang sekali mendengarkan orang-orang berpidato atau ceramah di tempat-tempat pengajian. Sampai suatu saat terbersit keinginan ingin seperti mereka yang pandai bicara.
Atau bahkan dulu saya sering terkagum-kagum jika pada saat menjelang pemilu para juru kampanye yang mewakili partainya masing-masing begitu semangat membakar hati massa. Atau saya juga sangat sering terpukau dengan para politikus yang sedang berbicara atau berdiskusi di layar televisi. Yang ada dalam benak saya adalah bahwa mereka termasuk orang-orang hebat.
Akhirnya saya terbuai untuk belajar bagaimana caranya berbicara di depan orang banyak. Baik lewat buku-buku ataupun mengikuti cara guru-guru saya ketika ngaji sore hari di surau kampung saya. Sebab ada pelajaran pidato.
Seiring dengan perjalanana waktu dan seringnya ikut berkumpul dengan teman-teman di lingkungan kampung, maka saya makin terbiasa untuk ngomong di depan orang banyak, walaupun -tentu saja- tak sepandai seperti para tokoh yang saya sebut di atas.
Akhirnya saya menjadi terbiasa sering ngomong berbagai macam hal di lingkungan tempat tinggal saya. Pada saat sudah tak ada masalah lagi dalam hal bicara di depan forum, tiba-tiba saya dihantui perasaan sangat khawatir. Tak hanya khawatir, bahkan sering dihantui ketakutan.
Sampai beberapa lama saya malah sangat malas jika diberi mandat untuk sekedar berbicara di depan umum. Apalagi berkaitan dengan memberi pelajaran kepada orang lain. Sebagai contoh, memberi materi kuliah subuh di masjid. Walaupun pada akhirnya tetap saya kebagian untuk bicara juga. Karena tidak ada yang lain.
Bagi saya hal ini merupakan tugas yang sangat berat. Kalau sekedar ngomong, berpidato, orasi, itu sesuatu hal yang mudah. Tapi tanggung jawab di balik kata-kata itu adalah sesuatu yang tidak gampang.
Hasan Basri, sorang ulama shalafussaleh yang terkenal hati-hati dan zuhud, beberapa kali menunda, bahkan menolak membahas suatu hal dalam sebuah kajian keilmuan, bukan karena alasan apa-apa, tapi lebih karena ia sendiri belum pernah melaksanakan hal-hal yang akan diterangkan kepada umat.
Lantas bagaimana dengan saya? Sudahkan saya melaksanakan shalat malam pada saat saya membacakan hadits tentang qiamullail? Sudahkah saya bersedekah, sementara saya sering membacakan nash tentang itu kepada orang lain?
Saya tentu saja bukanlah Hasan Basri si ulama wara’ itu, tapi melihat ke-hati-hati-an beliau dalam membuat “sepatah kata menjadi sepetak surga”, memang perlu ditiru. Dan rupanya bukanlah sesuatu hal yang mudah. Walaupun itu juga tak selamanya menjadi sebuah kesulitan.
Karena kita semua memang sudah paham, bahwa bagi orang mu’min, antara kata dan perbuatan haruslah sama. Tidak boleh seperti orang-orang munafik, yang antara kata dan perbuatan selalu tidak sama. Wallahua’lam.
Label:
Saya berharap Ibu kita masih ada.

Betapa menyesalnya, bila telah tiada.



Ketika kita lahir menangis, Ibu

ketawa, semua orang tertawa gembira

Ibu yang pertama kali dan setiap saat

mencium kita, dulu.

Kini Ia akan terus melakukannya, sayang

kita merasa tidak perlu.

Tanpa pamrih ia lakukan. Dengan kasih

sayang penuh Ia berikan.



Ketika kita ingusan, Ia rela menghirup

Ingus kita dengan mulut manisnya.

Ketika kita sakit, ia ikut sakit.

Ketika kita tidak bisa tidur,

ia ikut ikut lembur.

Ketika kita tak mau makan, ia korbankan

Apa saja agar kita makan.



Apa yang bisa kita lakukan saat ini?

Coba kita lakukan setelah membaca

puisi ini, begitu ketemu, cium Ibu.

Bila jauh, angkat telepon, minta ampun



Saya bayangkan Ibu akan meneteskan air mata.

Air mata ketulusan kasih sayang seorang Ibu



Bila kita mati buatlah sebaliknya.

kita ketawa gembira, setidak-tidaknya tersenyum.

Sementara Ibu dan seluruh kerabat kita

yang ditinggal menangis sedih


Sungguh kita tidak tahu, bagaimana

keadaan kita nanti ketika mati.

Apakah bisa tertawa, atau

malah Ditertawakan !
Label:
sial nasib sial menimpa. hujan mengguyur, uang cepat sekali habisnya gimana nih!!!
ga bisa ngatur uang kyknya???
mungkin ini yang terjadi saat ini pada diri Q hanya menanti sebuah harapan yang belum jelas kemana akan kita temukan hal itu.
tapi hari ini bisa menjadi salah satu hari dimana Q dapat mengambil hikmahnya
bayangkan saja dari jam 10 pagi sampai jam 3 sore hanya membuang uang saja tanpa ada yang dihasilkan dari sana
hasil terbesar hanya lelah dan capek. . .

hikmahnya

semua yang diberikan kepada kita merupakan suatu pelajaran yang dapat kita jalani.
laa yukalifullahu nafsan illa wus 'aha tidak akan mungkin Allah memberikan beban diluar kesanggupan hamba-hambanya.
hikmah inilah yang kemudian saya ambil.
Label:
saat ini terjadi kontroversi tentang UU BHP yang baru saja disahkan oleh DPR RI pada tanggal 17 Desember 2008 lalu. Dihampir seluruh perguruan tinggi para mahasiswa melakukan demonstrasi untuk menolak UU BHP ini. Akan tetapi penolakan – penolakan yang telah dilakukan tetap tidak mempengaruhi keputusan DPR RI untuk mengesahkan RUU BHP tersebut menjadi UU BHP.
Sejarah singkat
Pada tahun 2003 setelah disahkannya UU SISDIKNAS yang menjadi amanat reformasi ternyata mengandung kontroversi diberbagai kalangan. Akan tetapi lagi – lagi kontroversi tersebut tidak mempengaruhi untuk di batalkannya pengesahan UU Sisdiknas ini. Dan pada akhir tahun 2004 munculah RUU BHP yang menjadi amanat UU sisdiknas no 20/2003 pasal 53. Penolakan terhadap RUU ini dilakukan dengan melakukan Yudicial Review pasal 53 dari UU sisdiknas kepada mahkamah konstitusi, hanya saja Mahkamah konstitusi tidakmenerima pengajuan Yudicial review yang dilakukan oleh beberapa asosiasi dikarenakan alasan yang kurang kuat. Hingga akhirnya pasal ini yang menjadi dasar dan landasan untuk membuat UU BHP.
Belum lagi dengan adanya UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dan Perpres No 76 & 77 yang memperbolehkan pihak asing menanamkan modal atau menginvestasikan modal di negeri ini melalui bidang usaha – bidang usaha yang ditentukan. Dan sangat disayangkan bahwa salah satu sektor yang diperjual belikan termasuk sektor pendidikan nasional yang dalam hal ini batasan kepemilikian modal asing bias mencapai angka 49 %. Dalam lampiran PERPRES NO 77 tahun 2007 akan ditemukan daftar bidang usaha yang terbuka tersebut.
Pastilah ada kaitannya antara UU BHP dengan PP tentang Penanaman Modal. Pihak asing akan masuk melalui pendidikan bisa melalui bantuan pinjaman hutang sebagi antisipasi keuangan atau agar tidak terjadi pailit. Yang dapat mengakibatkan Badan Hukum pendidikan akan dibubarkan.
Filosopi
Dalam UU BHP ini yang menjadi kontroversi ini memuat hal yang sangat filosofis yakni pengindustrialisasian dalam dunia pendidikan melalui Pembadan Hukuman Pendidikan yang dengan ini maka logika dunia industri maupun dunia usaha akan berlaku diDalam dunia pendidikan. Logika perusahaan adalah akan selalu bersaing untuk menjatuhkan perusahaan lain agar perusahaan yang mereka kelola “menang”. Apabila akan pilit atau bangkrut maka perusahaan tersebut akan berusaha berhutang lalu kemidian melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan para karyawan yang mereka miliki. Maka logika dasar ini akan kemudian muncul dalam dunia pendidikan manakala UU BHP ini dilaksanakan.
Masyarakat yang mampu akan dapat merasakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu sedangkan yang miskin atau tidak mampu akan terus dan tetap sulit untuk dapat mengakses dunia pendidikan. Dan inilah yang dinamakan kapitalisasi dunia pendidikan, dan dampak dari hal ini akan terlihat jelas jurang antara sikaya dan si miskin.
UU BHP BAB X tentang pembubaran BHP pada pasal 57 disebutkan “Badan Hukum Pendidikan bubar Karen putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdadsarkan alas an:
a. Melanggar ketertiban umum, kesusilaan, dan /atau peraturan perundang-undangan
b. Dinyatakan pailit, dan /atau
c. Asetnya tidak cukup untuk melunasi utang setelah pernyataan pailit dicabut”
Ini menegaskan bahwa industrialisasi didunia pendidikan akan benar-benar dilaksanakan oleh para pelaksana teknis. Dan sangat disayangkan hakikat dunia pendidikan yang pada dasarnya adalah encerdaskan kehidupan masyarakat yang ada di Negara ini sekarang malah dibuat tempat untuk mencari dan merauk keuntungan. Hal semacam ini sudah dialami oleh para masyarakat yang memasukkan anaknya untuk melanjutkan studinya di Universitas yang berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN), biaya yang dikenakan kepada anak masih saja mahal dan tidak akan mungkin untuk kalangan yang tidak mampu akan melanjutkan studinya.
Jumlah penduduk miskin anak bangsa mencapai 39,05 jt jiwa atau sekitar 17,75 % (menurut BPS) jika garis kemiskinan dibawah Rp 153 ribu/kapita/bulan, jika Rp 540 ribu/kapita/bulan adalah Standar bank dunia yang kita gunakan maka anak miskin bangsa mencapai 109 juta jiwa atau 49,5% atau nyaris setengah total penduduk Indonesia. Berarti pula akan ada kebodohan sekaligus pembodohan Negara. Walaupun didalam UU BHP pasal 46 (2) yang berbunyi ”Badan Hukum Pendidikan wajib mengalokasikan beasiswa atau bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik Warga Negara Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi dan/atau peserta didik yang memiliki potensi akademik tinggi paling sedikit 20 % (dua puluh persen) dari jumlah seluruh peserta didik.” 20 % ini akan berlaku manakala masyarakat yang ingin melanjutkan studi anaknya ke perguruan tinggi tidak mampu dalam aspek ekonomi tetapi diterima melalui berbagai macam jalur masuk yang pastinya bereda-beda.
Sama pula hal nya dengan tingkat SLTP atau sederajat yang pastinya membutuhkan persaingan dalam hal kecerdasan kognitif melalui Ujian Nasional sebagai kunci apakah anak ini akan melanjutkan kejenjang yang berikutnya atau tidak. Dan kebanyakan dari para siswa yang orang tuanya kaya atau mampulah yang dapat memberikan pendidikan tambahan melalui bimbingan belajar yang notabennya sangat mahal biayanya, dan hal ini dilakukan agar anak mereka lulus UN dengan nilai yang tinggi agar mampu bersaing di jenjang yang berikutnya.
Maka ketika UU BHP ini diberlakukan dimungkinkan setiap sekolah ataupun institusi atau didalam UU BHP dinamakan sebagai BHP penyelenggara akan melakukan upaya-upaya persaingan yang berorientasi mencari keuntungan. Maka sekali lagi akan ada hitungan untung atau rugi dalam hal ekonomi didalam dunia pendidikan.
Harapan anak bangsa
Pendidikan gratis akan sangat sulit sekali untuk direalisasikan, tetapi pendidikan murah, yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat yang miskin yang ini memungkinkan dan sangat realistis ketika amanat yang disampaikan dalam UUD 1945 pasal 31 mengamanatkan anggaran pendidikan minimal 20 %. Tetapi harapan ini akan jauh dari realita manakala UU BHP diterapkan
Kesadaran membangun bangsa
Solusi permasalahan yang ada dibangsa ini akan sangat berkaitan dengan masing-masing individu dari tiap-tiap kelompok masyarakat. Kesadaran untuk membangun bangsa tanpa mengedepankan ego dari pribadi untuk memenuhi kebutuhan pribadi seharusnya ada dan tercermin serta mampu teraplikasikan dari dalam diri masing-masing masyarakatnya.
Hanya saja saat ini, kepedulian ini sudah mulai luntur, kemana perasaan akan rindu kejayaan bangsa ini??? Akankah kita membiarkan kapitalisasi melingkupi dunia pendidikan??? Akankah industrialisasi pendidikan benar-benar terjadi???


Ditulis oleh disampaikan pada rubrik mimbar mahasiswa solopos
BERY NUR ARIF mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dan sekarang aktif dan menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS
Contact Person: Bery Nur Arif (0271) 794 14 94
085 647 204 696
Tidak terhitung kiranya bangsa ini yang kekayaan alamnya sangat melimpah ruah. Kaya akan hasil laut, keanekaragaman hayati yang ada di perairan Indonesia, hingga letak yang memang negara ini dikaruniai laut yang luas. Disis lain hutan yang luas dan bahkan menjadi paru-paru dunia, sampai ke pertambangan yang memiliki keanekaragaman hasil tambangnya
Bangsa ini memiliki Cadangan minyak bumi indonesia mencapai sekitar 8,6 miliar barel dengan tingkat produksi kurang lebih 400 jt barel pertahun, cadangan gas bumi mencapai sekitar 185,8 triliun kaki kubik dengan tingkat produksi kurang lebih 3 Triliun kaki kubik per tahun, Belum lagi kekayaan lainnya misal tembaga yang menempati peringkat ke 3 dunia, timah peringkat ke 2 dunia, nikel peringkat ke 6 dunia, emas peringkat ke 8 dunia, batu bara peringkat ke 9 dunia, dan masih banyak yang lainnya yang kesemuanya berada di peringkat 1 hingga 9 terbesar di dunia.
Kita melihat dari sumberdaya alam yang ada di Indonesia kita akan optimis untuk menyongsong tahun-tahun berikutnya, tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah ketidak mampuan kita dalam mengatur, mengelola dan menjadikan kekayaan alam ini menjadi sebuah senjata atau modal untuk menjadi negara besar. Dahulu Kita sering disebut sebagai macan asia, tapi kini???
Kekayaan tambang yang dibuang sia-sia
Kini, Indonesia memiliki hutang lebih dari 148 M dolar yang harus dibayar dan akan menjadi tanggungan setiap kepala yang ada dan menjadi Warga Negara Indonesia. Padahal yang menggunakan hanya sekelompok orang. Tetapi yang menanggung bebannya adalah orang-orang yang bahkan tidak tahu sekalipun.
Dari 1 juta barel produksi minyak nasional perhari, hanya 70 ribu barel produksi pertamina, sekitar 75 ribu produksi PT Medco Energi Internasional,Tbk dan Kontraktor Production Sharing (KPS) lokal. Sisanya 855 ribu barel per hari ditangan produsen asing. Hal ini mencerminkan memang bangsa ini tidak mampu untuk mengelola sumber daya alam ini, belum lagi 90 % dari kontrak kerjasama produksi dikuasai asing.
Hampir 100% sektor pertambangan tembaga dan emas dikuasai asing. Contohnya PT. Freeport Indonesia, tambang mineral terbesar yang menguras 300 ribu ton bijih perhari akan mampu membuat bangsa ini mendadak menjadi Negara yang kaya dan akan mampu membayar semua hutangnya dalam tempo maksimal 2 tahun saja. Tetapi pemerintah hanya melepas dan hanya mengontrol tidak mengambil alih melainkan memberikan kemudi sepenuhnya kepada pihak asing atau dalam kata lain memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada asing dengan kontrak bagi hasil, Padahal royalti yang diterima dari penjualan bersih sangat kecil yaitu 1 hingga 3,5 % untuk konsentrat tembaga dan 1persen Fixed untuk emas dan perak. Kebodohan dan kesalahan terbesar yang dilakuka oleh pemerintah manakala hal ini terjadi terus- menerus tanpa ada suatu tindakan yang nyata yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyikapi hal ini. Tanah yang digunakan dan diambil kekayaannyapun dihargai sangat murah yaitu penyewaan berkisar Rp 225 sampai Rp 27.000 per hektar pertahun. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan sewa lahan oleh petani penggarap sawah termurah. Kerugian yang diterima bukan hanya kerugian ekonomi melainkan juga kerugian ekosistem yang ikut hancur akibat pengerukan tambang yang berlebihan, 3 sungai besar dan laut arafura yang menjadi korban.
Contoh lainnya adalah Blok cepu yang memiliki Cadangan minyak minimal mencapai 600 jt barel dan 2 Triliun kaki kubik gas, maka pada harga minyak 60 dolar per barel dan gas 3 dolar per MMBTU, nilainya sekitar RP 387 Triliun. Kekayaan yang tiada tara yang dimiliki bangsa ini. Tetapi Blok cepu pun dikuasai oleh pihak asing, Seandainya blok cepu sepenuhnya dikuasakan kepada pertamina untuk mengelolanya, dengan asumsi harga inyak 90 dolar per barel dan harga gas 15 dolar per MMBTU, maka nilai blok cepu dapat mencapai 576 T belum lagi jika harga minyak dunia naik maka akan terus naik dan terus mendapatkan keuntungan. Jadi tidak akan mungkin ketika harga minyak dunia naik, harga minyak nasional naik. Sangat jauh diluar logika.
Lihat pula kontrak penjualan LNG tangguh ke fujian China sebesar 2,6 juta ton per tahun dengan harga 3,35 dolar per MMBTU selama 25 tahun yang sesungguhnya merugikan bangsa sekitar Rp 350 Triliun. Belum lagi, kontrak bagi hasil natuna blok D-Alpha dengan porsi bagi hasil sebelum pajak 100 % untuk EXXON mobil dan 0 % Untuk pemerintah artinya pemerintah sama sekali tidak mempunyai hak atas hasil produksi gas secara fisik karena pemerintah hanya akan mendapatkan penerimaan dari pajak saja. Ini sekaligus bahaya karena jaminan pasokan gas dalam negeri dari natuna blok D-Alpha tidak ada sama sekali.
Pembalakan Hutan
Negeri yang sangat diharapkan akan menjadi solusi dari global warming dengan kekayaan hutannya ternyata banyak sekali pembalakan hutan yang menjadikan hutan-hutan berkurang. “72% hutan Indonesia telah musnah, sementara setengah dari sisanya terancam punah akibat pembalakan komersial, kebakaran hutan dan penggundulan untuk perkebunan kelapa sawit.” Hal ini Dilaporkan oleh Kantor berita Inggris, reuters. Disamping itu Indonesia memegang kejuaraan dunia penggundulan hutan(Guinness book of records – 2008). Dan juga Selama tahun 2000-2005 indonesia merupakan Negara tercepat dalam menggunduli hutannya. setiap jam, hutan seluas 300 kali lapangan sepak bola amblas untuk selama-lamanya (green peace). Pertanyaan selanjutnya pasti tertuju kepada bagaimana penyikapan dari pemerintah yang seharusnya dengan Hukum-hukum yang ada diInonesia mampu untuk mencegah hal ini terjadi.
Kegagalan pemerintah
Dalam konteks ini Pemerintah tidak melaksanakan amanat dari UUD 1945 BAB XIV tentang Kesejahteraan sosial yang terkandung didalam pasal 33 (3) yang berbunyi ” Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Seharusnya Negara ini akan menjadi benar-benar Negara yang kaya apabila melaksanakan amanat UUD 1945 ini. Tetapi disatu sisi yang lain pemerintah ternyata membuat UU no 25 th 2007 tentang penanaman modal, serta PP no 77 tahun 2007. Yang ini menjadikan dan memungkinkan pihak asing benar-benar menjajah bangsaini secara besar-besaran dan demi kepentingan mereka.
Harapan tahun depan
Tahun Pemilihan Umum 2009 akan menjadi tahun yang menentukan, apakah dengan ini pemerintah akan mampu untuk memperbaiki nasib bangsa. Masyarakat perlu berhati-hati dengan obral janji yang dilakukan oleh setiap partai politik, karena 5 tahun kedepan akan ditentukan oleh pemilu tahun 2009, apabila kita sebagai masyarakat tidak mampu untuk menganalisis siapa yang pantas menjabat maka kita harus dan perlu untuk mengkaji lebih dalam melalui media yang sudah ada dan dengan cara lain yang harapannya difasilitasi oleh KPU, semacam penyuluhan. Bukan penyuluhan mengenai teknis pemilihan saja melainkan sosialisasi partai politik yang massif.
Kesadaran akan kepedulian masyarakat juga menjadi sebuah aspek yang harus dikedepankan dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan sumberdaya alam Indonesia dengan bersungguh-sungguh berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Semua aspek harus ditinjau dan diperhatikan!!!
Ditulis oleh disampaikan pada rubrik gagasan solopos
BERY NUR ARIF mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dan sekarang aktif dan menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS
Contact Person: Bery Nur Arif (0271) 794 14 94
085 647 204 696
Label:
Pernah sakit? Apa yang Antum/ na rasakan? Senang, gembira, sedih, jengkel? Tahukah ikhwah, bahwa sakit yang menimpa kita, penderitaan yang kita alami, kesempitan yang kita rasakan, kesulitan yang menggelisahkan merupakan kenikmatan dan anugerah yang diberikan Allah kepada kita? Yang kenikmatan ini tidak diberikan kepada setiap orang dan setiap saat. Bagaimana mungkin?
Simak dulu tulisan berikut:
Ketika sakit menghampiri kita, ada dua hal yang mesti kita ingat:
1. Bahwa sakit yang kita alami ini datang dari Allah SWT. Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi menyombongkan diri.'' (Al-Hadid:22-23)
2. Bahwa sakit itu baik bagi kita. Di balik sakit yang kita alami, terdapat hikmah dan faidah yang besar, yang itu baik dan bermanfaat untuk kita. Tentunya apabila ketika sakit itu datang kita hadapi dengan kesabaran.
Diantara hikmah dan faidahnya adalah:
a. Diampuni dosa dan kesalahan
'Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.'' (HR. Bukhari-Muslim)
'Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.'' (Bukhari-Muslim)
b. Ditinggikan derajatnya
'Tidaklah seorang mukmin tertusuk duri atau yang lebih kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan.'' (Diriwayatkan Muslim)
Dari Aisyah, dia berkata: ''Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): Tidaklah seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok sedikit pun, melainkan Allah menghapus darinya satu kesalahan, ditetapkan baginya satu kebaikan dan ditinggalkan baginya satu derajat.'' (Ditakrij Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Isnadnya Jayyid)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): 'Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai ke kedudukan itu.'' (Ditakhrij Abu Ya'la, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)
c. Pembuka jalan ke Surga
'Allah Subhanahu berfirman: 'Hai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahala bagimu selain surga.''' (Ditakhrij Ibnu Majah; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)
Wahai Saudaraku, bukankah sakit merupakan bagian dari musibah?
d. Keselamatan dari api neraka
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahwa beliau menjenguk seseorang yang sedang sakit demam, yang disertai Abu Hurairah. lalu beliau bersabda (yang artinya):
'Bergembiralah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari akhirat.'' (Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah, dan AL-Hakim. Menurut Syaikh Albani: isnadnya shahih)
e. Menjadikan kita ingat kepada Allah dan kembali kepada-Nya
Biasanya ketika seseorang dalam keadaan sehat wal afiat, suka tenggelam dalam kenikmatan dan syahwat. Menyibukkan diri dalam urusan dunia dan melalikan Allah, yang tidak jarang terjerumus dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika Allah mencobanya dengan sakit atau musibah lain, dia akan ingat kepada Allah, bertobat, dan kembali memenuhi hak-hak Allah yang telah dia tinggalkan. Dari Abdurrahman bin Sa'id, dari bapaknya, dia berkata, ''Aku bersama Salman menjenguk orang yang sedang sakit di Kandah. Tatkala Salman memasuki tempat tinggalnya, dia berkata, ''Bergembiralah, karena sakitnya orang mukmin itu akan dijadikan Allah sebagai penebus dosanya dan penyebab kewaspadaannya. Sedangkan sakitnya orang fajir itu laksana keledai yang diikat pemiliknya, kemudian dia melepaskannya kembali, namun keledai itu tidak tahu mengapa ia diikat dan mengapa ia dilepas.'


Maksudnya, penyakit itu merupakan penebus dosa bagi orang mukmin dan penyebab taubat dan kesadarannya dari kelalaian. Berbeda dengan orang-orang fajir, yang tetap durhaka, tidak terpengaruh oelah penyakitnya dan tidak mua kembali kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa dirinya, agar dia sadar dari kelalaian dan agar kembali kepada kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat, kemudian dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat lalu dilepas lagi.

f. Mengingatkan kepada nikmat yang telah diberikan Allah
Sakit dapat mengingatkan kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan ketika kita dalam keadaan sehat, dengan demikian kita semakin bersyukur kepada Allah. Seorang penyair berkata: ''Seseorang tidak mengenal tanda-tanda sehat selagi dia belum tertimpa sakit.''

g. Mengingatkan keadaan orang-orang yang sakit
Allah menimpakan sakit kepada kita agar kita mengingat saudara-saudara kita yang sedang sakit, yang selama ini mereka kita lalaikan, sehingga kita kembali sadar dan terketuk hati kita untuk memenuhi hak-hak sauadara kita yang sedang sakit tersebut, seperti: mengunjunginya, membantu keperluannya, meringankan musibahnya, menghiburnya, membantukan mencarikan obat, mendoakannya, dll.

h. Mensucikan hati dari berbagai penyakit
Keadaan yang sehat bisa mengundang seseorang untuk bersikap sombong, bangga dan taajub kepada diri sendiri, sebab dalam keadaan seperti itu dia bebeas berbuat apa saja. Namun ketika sakit dataang menjenguknya, penderitaan menimpa dirinya, maka jiwanya bisa melunak, sifat-sifat sombong, takabur, dengki, membanggakan diri; dapat menjadi hilang sehingga akhirnya ia tunduk dan pasrah kepada Allah serta tekun beribadah kepada-Nya.

i. Menjadikan kita sabar
Abdul Malik bin Abjar berkata: ''Setiap orang pasti mendapat cobaan afiat, untuk dilihat apakah dia bersyukur, atau mendapat bencana untuk dilihat apakah dia bersabar.''

Wahai Saudaraku!
Bukankah faidah dan hikmah yang kita dapatkan ketika sakit sangat besar? Bukankah itu merupakan kenikmatan dan anugerah? Tidakkah engkau ingin mendapatkannya?
Karena itu, Bersabarlah!
Engkau memperoleh kesempatan memperoleh janji-janji tersebut di atas....jangan sia-siakan kesempatan emas tersebut!

Semakin berat penderitaan, semaikin pahala dilipatkan
Sahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu berkata: Saya menjenguk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedangkan beliau sedang menahan sakit karena demam, saya berkata: ''Wahai Rasulullah, sungguh engkau kelihatan sedang menahan rasa sakit yang berat?'' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: ''Benar, sesungguhnya saya sedang menahan sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.''
Abdullah berkata: Saya berkata: ''Hal itu karena engkau mendapatkan dua pahala.'' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: ''Benar'', kemudian beliau melanjutkan:
''Tidak ada seorang muslim tertimpa musibah baik itu sakit atau lainnya kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahnnya sebagaimana pohon menjatuhkan daunnya.'' (HR. Bukhari-Muslim)

Hadits di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menetapkan bahwa apabila penyakit bertambah berat maka pahalanya dilipatgandakan dan pelipatgandaan ini terus meningkat sampai terhapusnya kesalahan-kesalahan semuanya. Dengan kata lain beliau berkata: Beratnya penyakit mengangkat derajat, menghapuskan kejelekan-kejelekan tanpa tersisa.

Apabila kita memahami hal ini, yaitu rasa sakit atau musibah lainnya dapat menghapus dosa kita dan mengangkat derajat kita; maka hendaklah kita bersabar dan ridho terhadap hal tersebut agar kita mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar:
''Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.'' (Ali Imran:146)
''Sesungguhnya hanya kepada orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (Az-Zumar:10)
''Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): 'Keselamatan atas kesabaranmu.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.'' (ar-Raad: 23-24)

Apakah ini bukan suatu kemuliaan? Bukankah ini merupakan derajat yang tinggi?
Tidakkah kita menginginkan sakit yang kita alami menjadi suatu kenikmatan dan anugerah yang besar?
Jangan biarkan semua janji-janji tersebut...hilang begitu saja....
Jangan biarkan...kesempatan sudah ada di depan mata, namun kita tak sanggup meraihnya....
Klo hal ini terjadi pada kita... Innalillahi wa inna ilaihi raji'un....
tak ada kata lain yang pantas..selain: Saya mendapat musibah besar karena tidak mampu memanfaatkan kesempatan emas dengan adanya musibah yang ada pada saya...

Jika kamu tidak mengetahui maka itu adalah musibah, jika kamu mengetahuinya maka musibahnya lebih besar lagi....
Jika kamu tidak tahu bahwa di balik sakit ada kenikmatan yang besar, ada janji-janji Allah yang menggiurkan...itu adalah suatu musibah;
Jika kamu mengetahui hal ini (keutamaan-keutamaan sakit jika bersabar) namun luput dari memperoleh janji-janji Allah ini ..., maka ini adalah musibah yang sangat besar.

''Sungguh unik perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka (hal itu) merupakan kebaikan baginya.'' (HR.Muslim)

Semoga bermanfaat, Allahu A'lam.
Label:
Hanya Akal-Akal Raksasa Yang Tercerahkan Wahyu Yang Siap Menjadi Pemimpin Proyek Peradaban Kehendak Allah Swt. Dimana Mereka Sekarang ?

Peradaban selalu bermula dari gagasan, peradaban besar selalu lahir dari gagasan-gagasan besar. Gagasan-gagasan besar selalu lahir dari akal-akal raksasa. Begitulah kejadiannya, jumlah sahabat yang ditinggalkan Rasulullah SAW memang sedikit, tapi mereka semua membawa semangat dan kesadaran sebagai pembangun peradaban, dan membawa talenta sebagai arsitek peradaban. Dan kita semua saat ini, disini dimanakah posisi kita? Maka kitalah arsitek peradaban berikutnya…..

Allah telah menciptakan manusia untuk beribadah dan mengelola serta menegakkan khilafah dimuka bumi. Untuk itu Allah SWT telah menurunkan ‘juklak’ (petunjuk pelaksanaan) berupa Al-Qur’an, dan menurunkan seorang rasul sebagai ‘komunikator’ Allah SWT sekaligus sebagai pemberi contoh pelaksana dala kehidupan nyata. Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk manual tentang bagaimana seharusnya kita mengelola kehidupan di bumi ini, dan bumi adalah tempat dimana kita menurunkan kehendak-kehendak Allah SWT yang termaktub dalam wahyu, menjadi satuan-satuan realitas dalam kehidupan manusia dimuka bumi. Bumi adalah realitas kasat mata yang harus dikelola manusia.

Kesadaran tentang hal tersebut telah menanamkan siakap realisme dalam benak para arsitek peradaban. Oleh karena itu mereka bergerak lincah dalam wialyah peradaban, proses kreatifitas mereka tumpah ruah dalam semangat merealisasikan kehendak-kehendak Allah SWT. Dimuka bumi, dalam semangat memakmurkan dunia, dalam semangat membangun peradaban. Kesadaran akan ruang, sejak awal, membuat peran intelektual dan kerja pemikiran mereka terpola dalam kerangk asebagai arsitek peradaban, bumi ini adalah lanscapenya dan wahyu adalah kehendak-kehendak sang pemilik kehidupan yang harus diolah menjadi sebuah Master Plan dan maket, dari mana kemudian satuan-satuan kerja mengelola bumi menjadi rumah peradaban tempat manusia menemukan kedamaian dan kesejahteraan hidup.

Tapi, dimanakah akal-akal besar yang pernah menggoncang peradaban dunia dengan temuan-temuannya itu? Dimanakah akal Muslim yang dulu sanggup memahami zamannya dan kemudian memberi sesuatu yang baru dari zamannya?

Itulah masalah kita saat ini. Akal-akal muslim saat ini bukan hanya tampak tidak berdaya memahami zamannya, tapi bahkan tidak sanggup memahami dirinya sendiri, tidak sanggup memahami sumber ajarannya sendiri, tidak sanggup memahami warisan peradabannya sendiri. Lumpuhnya akal Muslim telah menyebabkan kita kehilangan mata air peradaban. Ketika mereka menutup keran ijtihad maka mereka telah menutup mata air peradaban. Kekeringan inilah yang kini kita warisi dan belum sanggup kita selesaikan, sehingga kita menjadi komunitas global yang hanya hidup dipinggiran sejarah dan tidak mempunyai kemampuan bercampur tangan dalam berbagai peristiwa dunia kecuali hanya sebagai korban.

Yang harus kita lakukan untuk memepebaiki hal tersebut adalah dengan memperbaiki cara kita memahami sumber-sumber ajaran kita : Al-Qur’an dan As-Sunnah serta warisan intelektual dari peradaban kita. Dengan begitu kita dapat menemukan sistem dan metodologi pemikiran sendiri, untuk kemudian secara kritis dan independen berinteraksi dengan realitas zaman , dengan segala muatan peradabannya, dan selanjutnya menemukan jalan untuk merealisasikan kehendak-kehendak Allah SWT dsalam kehidupan kita. Ditengah jalan itulah kita menciptakan semua yang kita perlukan untuk sampai ketitik akhir tujuan kita, dimana hutan belantara yang menjelma jadi taman kehidupan yang indah.***

Persiapkan diri antum wa antuna untuk menjadi arsitek peradaban selanjutnya dengan berbekal ilmu, keikhlasan, dan semangat pantang menyerah niscaya dirimu kan menjadi generasi pilihan yang dibanggakan Rasulullah dihadapanNya. Karena semua itu tidak ditentukan dari hasil tapi dari usaha yang kita upayakan untuk mencapai akhir yang Luar Biasa….
Bangunlah dari mimpi-mimpimu, sekaranglah saatnya untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang selalu mebayang dalam hatimu, jangan hanya jadi angan-angan belaka Just Give The Best Of You……!!!
From n For The Soldier Of Heaven*
Label:
Pada awalnya, Allah Ta’ala menciptakan seorang manusia di muka bumi ini, yaitu Adam AS. Setelah Iblis diusir Allah Ta’ala dari surga karena kesombongannya, tinggallah Nabi Adam AS sendirian di surga. Dia berjalan-jalan sendirian di surga dalam kesepian. Saat dia tertidur, kemudian bangun, terlihat seorang wanita tengah duduk di dekat kepalanya. Adam kemudian menyapa:”Siapakah anda?” Jawab wanita tersebut:”Wanita”. Adam bertanya kembali:”Untuk apa anda diciptakan?” Jawab wanita tersebut:”Supaya anda jinak kepadaku”.
Lalu, para Malaikat mendatangi Nabi Adam AS untuk mengetahui sejauh mana ilmunya. Mereka bertanya:"Siapakah namanya, Adam?" Jawab Adam:"Hawwa!" Malaikat bertanya:"Mengapa namanya Hawwa?" Jawab Adam:"Karena dia dijadikan dari benda hidup" (Tafsir Ibnu Katsir).
Itulah interaksi sosial pertama yang terjadi antara dua manusia. Interaksi sosial merupakan fithrah basyariyah (naluri manusia) yang menjadikan hidup menjadi indah dan lebih bermakna. Keadaan Nabi Adam AS sebelum kedatangan Hawwa digambarkan dalam Tafsir Ibnu Katsir "berjalan-jalan sendirian dan kesepian".
Setelah itu, lahirlah keturunan dari Adam dan Hawwa, baik keturunan laki-laki atau perempuan, sehingga jumlahnya menjadi milyaran ummat manusia seperti sekarang ini. Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan wanita yang banyak ..." (An Nisaa' [4]: 1).
Firman-Nya yang lain:"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ..." (Al Hujuraat [49]: 13).
Dengan semakin berkembang biaknya laki-laki dan wanita dalam jumlah yang banyak, menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa; maka mau tidak mau, suka tidak suka, manusia akan berinteraksi dengan manusia lainnya. Baik dalam lingkungan yang padat, atau dalam ligkungan yang jarang penduduknya. Keharusan berinteraksi inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluq sosial seperti kakeknya terdahulu, Nabi Adam dengan Ibu Hawwa.

Allah Ta'ala berfirman:"... Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (An Nisaa' [4]: 1).
Dalam firman-Nya yang lain:"... menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal ..." (Al Hujuraat [49]: 13). Demikianlah, Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita rahasia penciptaan manusia yang beragam kulit, bahasa, tradisi dan alamnya. Semuanya tidak dalam rangka manusia saling bermusuhan dan menumpahkan darah. Tetapi untuk saling mengenal, saling membutuhkan dan saling mengunjungi. Rasulullah SAW sendiri tidak pernah berupaya merubah nama suku shahabatnya; seperti suku Auz dengan Kazraj, meskipun kedua suku tersebut pernah terlibat peperangan yang lama. Rasulullah SAW tidak merubah kedua nama suku itu, yang dihilangkan bukan namanya, tetapi sikap permusuhan di antara keduanya dan diganti dengan sikap persaudaraan. Demikian pula antara shahabat Muhajirin dan Anshar serta shahabat lainnya. Dan dengan begitu, kehidupan menjadi indah dan menggairahkan.
Label:
Hati itu bagaikan kaca mata. Kalau kita menggunakan kaca mata yang bening, apa yang kita lihat akan tampak apa adanya. Yang putih akan jelas putihnya, yang coklat muda akan jelas warna aslinya. Namun kalau kita menggunakan kaca mata hitam, apa yang kita lihat tidak akan sesuai aslinya. Yang putih akan kelihatan abu muda dan warna coklat muda akan menjadi coklat tua. Demikian juga hati, kalau hati jernih, kita akan melihat realita itu apa adanya, sementara kalau hati kita kotor atau hitam, kita akan melihat realita itu tidak seperti sebenarnya.
Oleh karena itu, mulia tidaknya seseorang tidak dilihat dari tampilan lahiriahnya tapi dari performa batiniah atau hatinya. "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta-hata kamu tapi melihat hati dan perbuatanmu." (H.R. Muslim). Al Qurtubi berkata, "Ini sebuah hadits agung yang mengandung pengertian tidak diperbolehkankannya bersikap terburu-buru dalam menilai baik atau buruknya seseorang hanya karena melihat gambaran lahiriah dari perbuatan taat atau perbuatan menyimpangnya. Ada kemungkinan di balik pekerjaan saleh yang lahiriah itu, ternyata di hatinya tersimpan sifat atau niat buruk yang menyebabkan perbuatannya tidak sah dan dimurkai Allah swt. Sebaliknya, ada kemungkinan pula seseorang yang terlihat teledor dalam perbuatannya atau bahkan berbuat maksiat, ternyata di hatinya terdapat sifat terpuji yang karenanya Allah swt. memaafkannya.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan lahir itu hanya merupakan tanda-tanda dhanniyyah (yang diperkirakan) bukan qath'iyyah (bukti-bukti yang pasti). Oleh karena itu tidak diperkenankan berlebih-lebihan dalam menyanjung seseorang yang kita saksikan tekun melaksanakan amal saleh, sebagaimana tidak diperbolehkan pula menistakan seorang muslim yang kita pergoki melakukan perbuatan buruk atau maksiat. Demikian Imam Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya. Rasulullah saw. bersabda dalam riwayat lain, "Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar." (H.R.Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memberikan ilustrasi yang sangat indah. Hati manusia itu sesungguhnya bersih atau bersinar, namun suka tertutupi oleh awan kemaksitan hingga sinarnya menjadi tidak tampak. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan awan yang menutupi cahaya hati kita. Bagaimana caranya?
1. Introspeksi diri
Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita. Semua orang akan tahu apa sebenarnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)
2. Perbaikan Diri
Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap. Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya. "Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,.." (Q.S.At-Tahrim 66:8)
3. Tadabbur Al Qur'an
Tadabbur Al Qur'an artinya menelaah isi Al-Qur'an, lalu menghayati danmengamalkannya. Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk. Nah, di antara pupuk hati adalah tadabbur Qur'an. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur'an sebagai orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabburi Qur'an. "Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur'an, ataukah hati mereka terkunci atau tertutup." (Q.S.Muhammad 47 : 24)
4. Menjaga Kelangsungan Amal Saleh
Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridoi Allah swt. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau kita biasa pergi ke majelis ta'lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk. Rasulullah saw bersabda, "…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (H.R. Bukhari)
5. Mengisi Waktu dengan Zikir
Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir. Pertama, zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan ucapan-ucapan zikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat) kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah swt. Dalam kehidupan. Misalnya, jujur dalam bisnis, tekun saat bekerja, dll. Hati akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir lisan dan amali. "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42) "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (Al-Baqarah 2 :152)
6. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu, kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Kalau kita bersahabat dengan orang yang jujur amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam belajar, dll., diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah, dll., dikhawatirkan kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut Kerena itu, Allah swt.. mengingatkan agar kita bergaul dengan orang-orang saleh seperti dikemukakan dalam ayat berikut. "Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas." (Q.S. Al-Kahfi 18 : 28)
7. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda, "Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw. menegaskan, "Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim." (H.R. Ahmad).
8. Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan manipis dan akhirnya habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu hati dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah saw. menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan bening. "Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Dulu, aku pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang, berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan akan hari akhirat." (H.R.Hakim)
9. Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara pupuk hati adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas "Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunka ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat) yang ada di sisi-Nya." (H.R. Muslim)
10. Berdo'a kepada Allah swt.
Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening. Menurut Ummu salamah r.a,. do'a yang sering dibaca Rasulullah saat meminta kebeningan hati adalah: Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,. "Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, "Wahai ibu orang-orang yang beriman, do'a apa yang selalu diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?" Ia menjawab: "Do'a yang banyak diucapkannya ialah, 'Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu)." " Ummu Salamah melanjutkan, "Aku pernah bertanya juga, "Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca do'a: "Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika." Beliau menjawab: "Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan." (H.R.Ahmad dan Tirmidzi. Menurutnya hadits ini hasan)
Selain do'a di atas, Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa ketika menginap di rumah Rasulullah saw., ia pernah mendengar beliau mengucapkan do'a berikut, "Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya." (H.R.Muslim)
Kesimpulannya, hati merupakan panglima untuk seluruh anggota jasad kita. Kalau hati bening, kelakuan kita pun akan beres. Tapi kalau hati kita busuk, seluruh amaliah pun busuk. Ada sepuluh cara agar kita memiliki hati yang suci, yaitu; Introspeksi diri, perbaikan diri, tadabbur Qur'an, menjaga kelangsungan amal saleh, mengisi waktu dengan zikir, bergaul dengan orang-orang saleh, berbagi kasih dengan fakir miskin dan anak yatim, mengingat mati, menghadiri majelis ta'lim, dan berdo'a kepada Allah swt. Mudah-mudahan Allah swt. selalu member kepada kita hati yang bening. Amiin . Wallahu A'lam
Label:
1.Bangunlah segera untuk melaksanakan sholat apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaanmu.
2.Baca, telaah, dan dengarlah Al-Qur-an, berdzikirlah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan janganlah engkau senang menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada faedahnya
3.Bersungguh-sungguhlah untuk bisa dan berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
4.Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang percakapan karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
5.Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (berdzikir) adalah tenang dan tenteram.
6.Jangan suka bergurau, karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus menerus.
7.Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal itu akan mengganggu dan menyakiti.
8.Jauhilah ghibah (menggunjing) atau menyakiti hati orang lain dalam bentuk apa pun dan janganlah berbicara kecuali yang baik.
9.Berkenalanlah dengan saudaramu yang engkau temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan taawun (kerjasama).
10.Pekerjaan rumah (PR) kita sebenarnya lebih bertumpuk daripada waktu yang tersedia, maka tolonglah saudaramu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai keperluan maka sederhanakan dan cepatlah diselesaikan
Label:
Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.
Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.
Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.
Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.
Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
"Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal shaleh." Insya Allah suami pergei bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah.
"Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.
Label:
2008/12/24 di 18.05 | 0 komentar
baru kemarin rabu temen-temen Badan Eksekutif Mahasiswa melakukan aksi untuk menolak yang namanya UU BHP.
UU BHP merupakan salah satu dari sekian banyak UU yang menjadi UU pesanan asing yang menginginkan dan menguasai dunia pendidikan di INdoesia.
saya merasa heran sekian aspek sudah dijual ke pihak asing. dari mulai hukum yang telah didominasi oleh hukum-hukum bangsa belanda, politik asing yang memperbolehkan investor asing merauk keuntungan dibangsa yang kita cintai ini denga penguatan PP. no 76 dan 77 tahun 2007 tentang Penanaman Modal asing, belum lagi ekonomi yang sudah pasti dicampur tangani oleh pihak asing yaitu bank dunia atu IMF.
yang belum terjamah oleh tangan asing adalaha pendidikan yang masih melekat di bangsa ini. hanya saja pihak asing mempengaruhi para pemuda di negara kita dengan melakukan perang pencucian otak dengan menyuguhi pengaruh barat melalui media. bisa jadi salah satu medianya adalah internet(maka temen2 harus hati2 jgn salah menggunakan internet)
pendidikan akan terjajah manakala UU BHP nanti diberlakukan. maka saya sangat sepakat sekali ketika temen2 mahasiswa berdemonstrasi menuntut agar tidak diterapkannya UU BHP ini.
didalam UU BHP ini terdapat beberapa pasal yang kontroversial salah satuya di pasal 41 ayat (7, 8, 9) bab VI tentang pendanaan yang berbunyi (7)"peserta didik yang ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan harus menanggung biaya tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayainya"
dilanjut pasal selanjutnya(8)" biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) yang ditanggung oleh peserta didik dalam pendanaan penddikan menengah berstandar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan pada BHPP atau BHPPD paling banyak 1/3 dari biaya operasional."
ayat(9) "biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat(7) yang ditanggung oleh peserta didik dalam pendanaan penddikan tinggi berstandar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan pada BHPP paling banyak 1/3 dari biaya operasional."
pasal ini sangat sekali lagi menunjukkan bahwa pemerintah akan mencoba memberikan bebannya kepada para masyarakat.
belum lagi di bab tentang pembubaran BAB X pasal 57 yang akan membubarkan BHP manakala BHP ini bangkrut. lalu sekolah atau universitas bangkrut dong.
trus ditutup
biar gak ditutup harga biaya atau apa namanya dinaikan.
klo yang gak mampu gak boleh deh sekolah.
kan biar kagak bangkrut.
klo gini gmna?
apa kita harus diam.
ayo semua mahasiswa jangan cuma belajar tapi kita di bodohi
maka kita harus belajar jangan sampai dibodohi
dan kalian akan mendapatkan ini di luar perkuliahan.
bery
Perdebatan mengenai Ujian Nasional (UN) sebenarnya sudah terjadi saat kebijakan tersebut mulai digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003. UN atau pada awalnya bernama Ujian Akhir Nasional (UAN) menjadi pengganti kebijakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Hanya, sementara Ebtanas berlaku pada semua level sekolah, UN hanya pada sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), madrasah tsanawiyah (MTs), sekolah menengah umum (SMU), madrasah aliyah (MA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Untuk sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah luar biasa setingkat SD (SLB), dan madrasah ibtidaiyah (MI), Ebtanas diganti dengan ujian akhir sekolah.
Perdebatan muncul tidak hanya karena kebijakan UN yang digulirkan Departemen Pendidikan Nasional minim sosialisasi dan tertutup, tapi lebih pada hal yang bersifat fundamental secara yuridis dan pedagogis. Dari hasil kajian Koalisi Pendidikan, setidaknya ada empat penyimpangan dengan digulirkannya UN.
Pertama, aspek pedagogis. Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.
Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar, misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.
Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses.
Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik
Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-UN-kan di sekolah ataupun di rumah.
Keempat, aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.
Selain itu, pada penyelenggaraan UAN tahun ajaran 2003/2004, Koalisi Pendidikan menemukan berbagai penyimpangan, dari teknis hingga finansial. Pertama, teknik penyelenggaraan. Perlengkapan ujian tidak disediakan secara memadai. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa Inggris, salah satu kemampuan yang diujikan adalah listening. Supaya bisa menjawab soal dengan baik, peserta ujian memerlukan alat untuk mendengar (tape dan earphone). Pada prakteknya, penyelenggara ujian tidak memiliki persiapan peralatan penunjang yang baik.
Kedua, pengawasan. Dalam penyelenggaraan ujian, pengawasan menjadi bagian penting dalam UAN untuk memastikan tidak terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh peserta. Fungsi pengawasan ini diserahkan kepada guru dengan sistem silang--pengawas tidak berasal dari sekolah yang bersangkutan, tapi dari sekolah lain. Tapi, pada kenyataannya, terjadi kerja sama antarguru untuk memudahkan atau memberi peluang siswa menyontek.
Kasus di beberapa sekolah, guru, terutama untuk mata pelajaran yang dibuat secara nasional seperti matematika, bahasa Inggris, atau ekonomi, dengan berbagai modus memberi kunci jawaban kepada siswa. Selain itu, pada tingkat penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan, usaha untuk menggelembungkan (mark-up) hasil ujian pun terjadi. Caranya dengan membuat tim untuk membetulkan jawaban-jawaban siswa.
Ketiga, pembiayaan. Dalam dua kali UAN, penyelenggaraannya dibebankan pada pemerintah pusat dan daerah melalui APBN dan APBD. Artinya, peserta ujian dibebaskan dari biaya mengikuti UAN. Tapi, pada tingkatan sekolah, tidak jelas bagaimana sistem penghitungan dan distribusi dana ujian (baik APBN maupun APBD). Posisi sekolah hanya tinggal menerima alokasi yang sudah ditetapkan oleh penyelenggara di atasnya. Akibatnya, walau menerima dana untuk menyelenggarakan UAN, sekolah menganggap jumlahnya tidak mencukupi, sehingga kemudian membebankannya pada peserta ujian. Caranya dengan menumpangkan pada biaya SPP atau biaya acara perpisahan.
Sebenarnya, dalam pertemuan dengan Koalisi Pendidikan pada 4 November 2004, Menteri Pendidikan sudah menyatakan ketidaksetujuannya pada UAN dan akan menggantinya dengan ujian masuk pada sekolah-sekolah yang dianggap elite. Apalagi dukungan DPR pun tidak ada. Sebagai bentuk ketidaksetujuannya, Komisi Pendidikan DPR tidak mengalokasikan dana untuk UAN pada tahun 2005.
Sayangnya, tiba-tiba Menteri Pendidikan menggulirkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 1 Tahun 2005 sebagai dasar Departemen Pendidikan Nasional menyelenggarakan UN. Karena secara substansial tidak ada perbedaan signifikan antara UN tahun ajaran 2004/2005 dan UAN tahun ajaran 2002/2003 dan 2003/2004, perdebatan yang sama terjadi kembali.(Ade Irawan, Sekretaris Koalisi Pendidikan, Anggota Badan Pekerja ICW)
Tulisan ini diambil dari Koran Tempo, 4 Februari 2005
Label:
Memberikan pendidikan anti korupsi menjadi alternatif solusi dari korupsi
Pendidikan merupakan suatu hal yang pastinya melekat dari kehidupan manusia. Manakala manusia tersebut diberikan pendidikan yang wajar seperji wajib belajar 9 tahun yang menjadi salah satu program dari pemerintah untuk memperbaiki nasib masyarakat yang terancam untuk tidak dapat sekolah.
Dari mulai sekolah dasar selama 6 tahun setiap manusia yang melakukan proses selama 6 tahun tersebut mendapatkan beberapa stimulasi berupa ilmu yang kemudian akan diterapkan kedalam kesehariannya terutama dalam proses pemberian pelajaran yang berkaitan dengan ilmu-ilmu terapan seperti pendidikan kewarganegaraan, pendidikan agama dan lainnya
Hal ini menjadi sebuah hal yang penting untuk kemudian merubah keadaan dan perilaku para masyarakat pada umumnya. Tetapi yang menjdai permasalahan adalah materi tentang pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan kearah pendidikan moral sangat jarang sekali dalam artian jam ataupun frekuensi jumlah lamanya pelajaran ini sangat terbatas, contohnya pelajaran agama yang hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu. Hal ini tidak seimbang dengan perkembangan zaman yang semakin bebas. Ini yang mungkin menyebabkan para pemuda yang ada di indonesia mengalami degradasi moral.
Korupsi yang dilakukan oleh para pejabat baik ditatanan pemerintahan kota maupun individu-individu yang ada di masyarakat pada umumnya bisa jadi merupakan kesalahan dari bentuk pendidikan yang diberikan kepada orang yang melakukan korupsi ini disamping beberapa faktor lain yang menyebabkan orang tersebut dapat melakukan korupsi. Jika hanya pendidikan moral yang diberikan kepada mesyarakat maka yang akan terjadi masyarakat akan terkalahkan oleh permasalahan globalisasi yang menjadikan mereka mau tidak mau menerima keadaan yang tidak sesuai dengan pendidikan moral yang telah diadakan.
Tidak adanya spesifikasi terkait pemecahan permaslahan korupsi ini maka korupsi akan terus terjadi dikalangan masyarakat. oLeh karena itu penddikan anti korupsi yang mungkin konsepnya ini tidak maupun belum secara jelas dipaparkan tetapi pendidika nanti korupsi ini ditujukan kepada seluruh masyarakat pelajar pada khususnya untuk mampu memami apa yang dimaksud dengan korupsi, alasan orang melakukan korupsi sampai penanganan dan pencegahan dalam bentuk pendidikan secara langsung melalui materi-materi yang harapannya mampu di internalisasikan oleh para peserta didik khususnya para pelajar.
Memang belum ada bukti yang jelas apakah ini akan berhasil atau tidak, tapi bisa jadi pendidikan anti korupsi akan memberikan pengaruh terhadap para masyarakat yang memang baik langsug maupun tidak langsung mengikuti proses ini.
Orang bijak pernah berkata ”keberhasilan melalui proses yang panjang akan bertahan jauh lebih lama dibandingkan keberhasilan yang hanya melalui proses yang singkat”. Maka jangan sampai kita menyerah diawal, jika hal ini belum berhasil maka lanjutkan bisa jadi ini merupakan proses yang mungkin hasilnya adalah 10 tahun lagi.
Label: