Saya berharap Ibu kita masih ada.

Betapa menyesalnya, bila telah tiada.



Ketika kita lahir menangis, Ibu

ketawa, semua orang tertawa gembira

Ibu yang pertama kali dan setiap saat

mencium kita, dulu.

Kini Ia akan terus melakukannya, sayang

kita merasa tidak perlu.

Tanpa pamrih ia lakukan. Dengan kasih

sayang penuh Ia berikan.



Ketika kita ingusan, Ia rela menghirup

Ingus kita dengan mulut manisnya.

Ketika kita sakit, ia ikut sakit.

Ketika kita tidak bisa tidur,

ia ikut ikut lembur.

Ketika kita tak mau makan, ia korbankan

Apa saja agar kita makan.



Apa yang bisa kita lakukan saat ini?

Coba kita lakukan setelah membaca

puisi ini, begitu ketemu, cium Ibu.

Bila jauh, angkat telepon, minta ampun



Saya bayangkan Ibu akan meneteskan air mata.

Air mata ketulusan kasih sayang seorang Ibu



Bila kita mati buatlah sebaliknya.

kita ketawa gembira, setidak-tidaknya tersenyum.

Sementara Ibu dan seluruh kerabat kita

yang ditinggal menangis sedih


Sungguh kita tidak tahu, bagaimana

keadaan kita nanti ketika mati.

Apakah bisa tertawa, atau

malah Ditertawakan !
Label:

0 komentar: